twitter
rss


Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya|Secara Umum, Pengertian Seni Kriya  
adalah sebuah karya seni yang dibuat dengan menggunakan keterampilan tangan (hand skill) dan memperhatikan segi fungsional (kebutuhan fisik) dan keindahan (kebutuhan emosional). Karya seni kriya dikategorikan sebagai karya seni rupa terapan nusantara. Dalam perkembangannya, karya seni kriya identik dengan seni kerajinan karena terlihat dari cara pembuatan Karya Seni Kriya dengan menggunakan tangan (hand made).

Seni Kriya telah ada sejak zaman Prasejarah dilihat dari benda-benda temuan sejak zaman Batu Muda (Neolitikum) yang mana manusia sudah mula tinggal menetap. Benda karya seni kriya tersebut adalah tembikar dimana tembikar terbuat dari tanah liat dan digunakan sebagai wadah.

Tembikar di zaman Neolitikum menjadi sebuah hiasan sebagai lambang atua simbol kehidupan spritual. Di periode selanjutnya, seni kriya berkembang baik dalam aspek fungsi, peningkatan kualitas bahan, bentuk dan corak hiasannya. Awalnya benda tersebut berbentuk sederhana, dalam perkembangannya menjadi bentuk macam-macam dan rumit yang disertai hiasan yang membuat banyak variasi dan detailnya.

Istilah Seni Kriya berasal dari bahasa Sansekerta dari kata Krya yang berarti mengerjakan. Krya terus berkembang menjadi karya, kriya dan kerja. Dalam arti khusus kriya adalah mengerjakan suatu hal untuk menghasilkan sebuah benda atau objek. Namun, semakin berkembang disebutlah seni kriya.

Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia Kriya diartikan sebagai pekerjaan (kerajinan tangan). Dalam bahasa Inggris disebut Craft yang berarti energi atau kekuatan, maksudnya adalah suatu keterampilan dalam mengerjakan atau membuat sesuatu. 

Fungsi Seni Kriya 

Secara garis besar, fungsi seni kriya adalah sebagai berikut... 
1. Hiasan (Dekorasi). Banyak hasil produk dari seni kriya digunakan untuk benda pajangan. Seni kriya tersebut lebih mengutamakan keindahan dari pada fungsinya sehingga seni kriya jenis ini mengalami berbagai pengembangan. Contohnya hiasan dinding, karya seni ukir, patung, cinderamata dan lain sebagainya..
2. Benda Terapan (Siap Pakai). Seni kriya ini lebih mengutamakan fungsinya sebagai benda yang siap pakai, nyaman, namun tidak menghilangkan unsur keindahannya. Contohnya senjata, furnitur, keramik dan lain sebagainya.
3. Benda Mainan. Mungkin kita sering menjumpai seni kriya sebagai alat permainan yang biasanya dengan bentuk sederhana dan bahan yang mudah didapatkan dan dikerjakan, dengan harga yang relatif murah. Contohnya adalah boneka, kipas kertas, congklak dll.

Jenis-Jenis Seni Kriya atau Macam-Macam Seni Kriya 

Bentuk karya seni kriya nusantara sangat beragam dan juga bahan alam yang digunakan. Dari berbagai karya tersebut ada yang masih mempertahankan keanekaragaman hiasan tradisional dan ada juga yang telah mengembangkannya karena tuntutan pasar. 
  * Macam-Macam Seni Kriya Berdasarkan Bahan Yang Digunakan 
a. Seni Kriya Kayu
Kriya kayu merupakan suatu jenis seni kriya dalam pekerjaannya membuat benda selalu menggabungkan antara nilai fungsi sekaligus hias dengan menggunakan bahan kayu. Dalam seni kriya kayu, terdapat pekerjaan dengan tingkat dasar atau tingkat permulaan. Kayu sangat banyak dimanfaatkan dalam pembuatan berbagai benda kerajinan seperti patung, wayang golek, topeng, furnitur, dan hiasan ukir-ukiran.

b. Seni Kriya Tekstil 
Seni kriya tekstil adalah kriya dengan bahan dasar kain. Istilah tekstil memiliki lingkup yang luas dan mencakup dengan macam aneka jenis kain yang cara pembuatannya baik dengan cara diikat, ditenun dipres dan masih banyak cara teknik pembuatan kain. Umumnya kain terbuat dari serat yang dipintar atau dipin untuk menghasilkan benang yang panjang dan selanjutnya ditenun atau dirajut agar menghasilkan kain berupa barang jadi. Jenis seni kriya tektil nusantara dikelompokkan menjadi dua macam yaitu karya batik dan karya tenun.
c. Seni Kriya Keramik
Seni kriya keramik adalah benda yang terbuat dari tanah liat yang dibakar. Pembuatan seni kriya keramik adalah dengan teknik slab/lempeng, putar/throwing, pilin/pinching, dan cetak tuang. Daerah-daerah penghasil seni kriya keramik adalah bandung, jepara, cirebon, banjarnegara, malang, purwerejo, jogyakarta, banjar negara, dan sulawesi selatan. 
d. Seni Kriya Logam 
Seni kriya logam adalah seni kriya yang mengolah logam menjadi berbagai macam benda kerajinan. Tekhnik pembuatan seni kriya logam terdiri dari dua macam teknik yaitu a cire perdue/cetak lilin, dan teknik bivalve.


e. Seni Kriya Kulit
Seni kriya kulit adalah karya seni yang menggunakan kulit sebagai bahan bakunya. Kulit yang umumnya digunakan dalam seni kriya kulit adalah kulit kambing, sapi, buaya, kerbau dan ular. Kulit tersebut menjalani serangkaian proses pengolahan yang panjang, dimana dimulai dari pemisahan dari daging hewan, pencucian menggunakan cairan tertentu, pembersihan, perendaman dengan menggunakan zat kimia tertentu (penyamakan), perwarnaan, perentangan kulit agar tidak mengkerut, pengeringan dan penghalusan. Setelah itu barulah dipotong-potong agar sesuai dengan ukuran dari benda yang akan dibuat. 

B. PERANCANGAN DAN PRODUKSI PRODUK GRAFIKA
            Perancangan Produk Grafika
Proses perancangan produk grafika diawali dengan melihat kebutuhan pasar atau identifikasi masalah yang dapat memanfaatkan produk grafika sebagai solusinya, seperti kemasan makanan, kartu ucapan, gambar pada kaos atau stiker. Identifikasi masalah dilanjutkan dengan membuat gambar atau sketsa ide. Ide terbaik kemudian dikembangkan menjadi produk grafika yang akan dibuat, dilanjutkan dengan persiapan produksi dan proses produksi. Produksi adalah membuat produk hasil rekayasa sehingga siap dijual.

1.      Identifikasi masalah
Perancangan produk bertujuan untuk menemukan solusi dari sebuah permasalahan, dalam hal ini produk grafika. Produk grafika bertujuan untuk memberikan informasi dan keindahan. Maka, permasalahan adalah masalah kebutuhan informasi dan keindahan. Contoh-contoh masalah dengan solusi produk grafika,
·         Produk pangan khas daerah dihasilkan oleh industri kecil menengan. Produk tersebut hanya dikemas oleh plastik bening dan tidak memiliki label. Pembeli tidak mengetahui produk apakah itu, apa rasanya, bagaimana cara mengonsumsinya, dan kapan batas tanggal pemakaiannya. Produk tersebut membutuhkan produk grafika berupa kemasan atau label yang dapat memberikan informasi sekaligus daya tarik bagi konsumennya.
·         Pada kegiatan olahraga, seragam tim sepak bola atau cabang olah raga lain biasanya membutuhkan nomor punggung. Pertandingan olahraga juga membutuhkan papan nilai yang berisi angka-angka. Angka merupakan nomor punggung maupun angka pada papan nilai merupakan produk grafika.
·         Kata-kata yang indah seperti puisi atau kata-kata bijak seperti motivasi biasanya dibuat dan dipajang didinding, sebagai kartu ucapan atau sebuh buku. semua itu merupakan produk grafika.

2.      Mencari solusi dengan curah pendapat
Langkah selanjutnya adalah mencari ide sebagai solusi dari masalah tersebut. cara yang dapat dilakukan adalah melalui curah pendapat (Brainstroming) yang dilakukan dalam kelompok. Pada proses ini, setiap anggota kelompok harus membebaskan diri untuk menghasilkan ide-ide yang beragam dan sebanyak-banyaknya. Beri kesempatan juga untuk munculnya ide-ide yang tidak masuk akal sekalipun. Tuangkan ide tersebut kedalam sketsa. Kunci sukses dari tahap ini dalam kelompok adalah jangan ada perasaan takut salah, setiap orang berhak mengeluarkan pendapat, saling menghargai pendapat teman, boleh memberikan ide yang merupakan perkembangan dari ide sebelumnya, dan jangan lupa mencatat setiap ide yang muncul. Ide meliputi bentuk, gambar dan teks, warna, komposisi dan teknik yang digunakan.

3.      Rasionalisasi
Adalah proses mengevaluasi ide-ide yang muncul dengan beberapa pertimbangan teknis, diantaranya material dan bahan apa saja yang digunakan? teknik apa yang digunakan untuk produksi? bagaimana proporsi dan ukuran yang sesuai untuk produk tersebut agar sesuai dengan kebutuhan? dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang memastikan bahwa rancangan yang dibuat dapat berfungsi baik dan dapat diproduksi.
Perhatikan sketsa-sketsa yang telah dibuat. pilih ide yang dianggap baik dan potensial untuk produk grafika  yang akan dibuat. kembangkan ide-ide ini dengan rasional, dan tuangkan kedalam sketsa selanjutnya. Tentukan desain akhir dari produk grafika yang akan dibuat.

PRODUKSI PRODUK GRAFIKA
Pada tahap perancanan dilanjutkan dengan tahap produksi grafika. Kelancaran produksi ditentukan pula oleh cara kerja yang memperhatikan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Upaya menjaga keselamatan kesehatan kerja dibuat berdasarkan bahan, alat dan proses produksi yang digunakan. Pada produksi grafika, pada umumnya, menggunakan bahan kimia yang dapat berbahaya  bagi kulit dan pernafasan, maka pekerja harus menggunakan sarungtangan dan masker. Selain alat keselamatan kerja, yang tak kalah penting adalah sikap kerja yang rapi, hati-hati, teliti dan penuh konsentrasi. Sikap tersebut akan mendukung kesehatan dan keselamatan kerja.
      Produksi grafika diawali dengan tahap persiapan. Persiapan diri dari persiapan bahan, alat dan tempat kerja, termasuk alat keselamatan kerja yang dibutuhkan. Pada produksi grafika dengan menggunakan teknik sablon, peralatan yang dibutuhkan adalah screen dan rakel, sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah cat dan pengencer cat. Cat yang dibutuhkan bergatung dari desain dan teknik pewarnaan yang dibutuhkan. Teknik sablon dapat menggunakan teknik blokwarna yang menggunakan acuan cetak sejumlah warna yang diinginkan. Teknik lain adalah serupa dengan offset adalah menggunakan prinsip CMYK, yaitu 3 warna dn hitam. Oleh karena itu, menggunakan 4 acuan cetak.
Tahap berikutnya adalah pembuatan acuan cetak. Acuan cetak dibuat tergantung pada desain dan teknik yang dipilih. Pada penggunaan teknik sablon dengan acuan cetak pada screen beremulsi, dipersiapkan screen beremulsi sejumlah warna yang diinginkan. setiap warna dibuat film tersendiri. Setiap film kemudian dibuatkan screen beremulsi sesuai gambar pada film.

C. PENGHITUNGAN BIAYA PRODUKSI PRODUK GRAFIKA
            
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk terjadinya produksi barang. Unsur biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Biaya yang termasuk kedalam overhead adalah biaya selain bahan baku dan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuyk mendukung proses produksi.
Contoh penghitungan biaya produksi:

Biaya bahan baku
Rp. ......................................
Biaya tenaga produksi
Rp. ......................................
Biaya overhead
Rp. ......................................
Biaya Produksi
Rp. ......................................

D. PEMASARAN LANGSUNG PRODUK GRAFIKA
Pemasaran langsung adalah promosi dan penjualan yang dilakukan langsung kepada konsumen tanpa memlalui toko. Penjualan langsung merupakan hasil dari promosi langsung yang dilakukan dengan promosi dan demo penggunaan produk kepada calon konsumen.
Sistempenjualan langsung dapat berupa penjualan satu tingkat (Single level marketing)atau multi tingkat (Multi-level marketing). Penjualan satu tingkat merupakan cara yang paling sederhana untuk menjual produk secara langsun. Wirausahawan langsung memasarkan dan menjual kepada konsumen tanpa membutuhkan toko atau pramuniaga. Pemasaran produk grafika dapat dilakukan dengan cara pemesanan. Konsumen dapat melihat, mengenali dan mencoba contoh produk, serta memesannya. Produk grafika akan diproduksi berdasarkan pesanan akan dikirimkan kepada konsumen sesuai waktu yang dijanjikan.
Produsen selain menjual produknya sendiri, dapat membentuk kelompok penjual yang akan memasarkan dan menjualkan produknya secara langsung kepada konsumen. Kelompok penjual dapat terdiri dari beberapa tingkatan. Sistem dengan beberapa tingkat kelompok penjual, Disebut dengan Multi-level marketing. Produk perusahaan memiliki usaha dibidang penjualan langsung (direct selling) baik yang mengunakan single level maupun Multi-level marketing wajib memiliki surat izin usaha penjualan langsung yangdikeluarkan oleh BKPM sesuai dengan peraturan Menteri Perdagangan NO.23 tahun 2008.


Aku Adalah Ilmu (Buku)
SINOPSIS      :Aku adalah ilmu, aku tak berjalan, tak bernafas, tak melihat. aku adalah                 sebuah benda kecil yang berisikan lembaran-lembaran kertas dan tulisan-tulisan. Dalam hakikatku memberikan ilmu kepada muda-mudi bangsa dan semua orang adalah hal yang 
sangat inginku capai, karena  kecerdasan setiap orang bersumber pada sebuah ilmu yang
 mereka pelajari.

CERITA :
SCENE 1       : Sebuah buku yang ditempatkan disebuah ruangan yang gelap diatas sebuah meja, lalu diterangi dengan cahaya lilin (di nyalakan satu-persatu).
NARASI 1     : Aku adalah ilmu, berupa tulisan-tulisan kecil yang di goreskan pada lembaran-lembaran kertas tipis.
SCENE 2       : Banyak Siswa/siswi SMA yang sedang bermain-main di lingkungan sekolah.
NARASI 2     : Akan tetapi, hal itu sangat sulit untuk aku lakukan dengan kondisi yang sekarang ini.
SCENE 3       :Sekelompok orang (siswa/siswi) SMA yang sedang belajar, tiba-tiba salah satu dari mereka menjahili teman disebelahnya dengan mengambil alat tulisnya, kemudian mempermainkan nya dengan melempar-lemparkannya antar sesama mereka, sehingga yang dujahili terlihat kesal dan sedih.
NARASI 3     : Disaat Mereka harus belajar, mereka malah bermain-bermain.
SCENE 4       : Beberapa orang (siswa/siswi) SMA yang sedang main Hp, foto bersamadi taman sekolah menggunakan tongkat eksis (tongsis) dengan ekspresi bahagia, Berduaan/pacaran.
NARASI 4     : Sibuk dengan Handphne, Update Status di dunia maya, Selfie, malahan ada yang sampai mejalin hubungan asmara/pacaran di sekolah.
SCENE 5       : Dua atau tiga orang (siswa/siswi) SMA yang berjalan bersama ke arah kantin sekolah, tanpa menyadari bahwa mereka sedang melewati perpustakaan sekolah.
NARASI 5     : Bahkan, mereka tidak menyadari bahwa ilmu itu akan menuntun pada masa depan terbaik dalam pendidikan mereka, mereka lebih suka cerita, tertawa dan makan bersama tanpa sadar bhwa disebelah mereka adalah gudang ilmu.
SCENE 6       : Siswa/siswi SD yang sedang membaca buku dengan hikmat di ruangan perpustakaan sekolah.
NARASI 6     : Aku tak seperti dahulu, dicari, dipelajari, dan dihargai. bahkan aku sangat dipuji-puji dan dibanggakan.
SCENE 7       : Suasana Siswa/Siswi SMA yang sedang ujian sekolah dalam sebuah ruangan.
SCENE 8       : Siswa/siswi sekolah sedang ujian, dan banyak diantara mereka yang mencontek, melihat buku, melihat catatan yang dibuat pada selembar kertas kecil dan panjang, saling lempar kertas yang berisikan jawaban antara teman secara diam dan sembunyi-sembunyi.
NARASI 8     : Tapi, kini aku dicari hanya untuk mempermulus kecurangan yang mereka anggap itu adalah kebenaran, kebodohan yang mereka anggap kepintaran.
SCENE 9       : Sebuah buku diatas meja, diruangan gelap yang telah diterangi dengan nyala lilin disekelilingnya.
NARASI 9     : Aku dan perjuanganku : Untuk genersi muda dan kecerdasan putra - putri bangsa Indonesia.






Prakarya dan Kewirausahaan: Sumber daya Material, Teknik dan Ide Produk Grafika

Sumber daya Material, Teknik dan Ide Produk Grafika


  Sumber daya usaha yang dibutuhkan untuk wirausaha produk grafika adalah bahan baku atau material, teknik dan alat, serta keterampilan. Wirausaha produk grafika dapat dimulai dengan melihat potensi bahan baku, potensi teknik dan keterampilan yang ada di daerah tersebut. Bahan yang dibutuhkan untuk produk grafika adalah bidang datar yang akan dicetak, pewarna dan alat cetak. Alat cetak yang dibutuhkan bergantung pada teknik cetak yang akan dipakai.


  Ada 5 jenis teknik cetak berdasarkan prinsipnya, yaitu seperti berikut.

  • Cetak tinggi

  Pada jenis teknik cetak tinggi, zat pewarna ditempatkan pada permukaan tertinggi dari bidang pencetak (acuan cetak). Bidang pencetak dapat berupa balok kayu, karet, logam atau bahan lainnya yang diberi gambar atau tulisan. Gambar atau tulisan tersebut diukirkan pada satu permukaan bidang. Warna dioleskan pada permukaan bahan yang sudah diukir lalu dicetakkan pada permukaan kertas atau bahan datar lainnya. Tinta yang tercetak pada kertas sesuai dengan gambar pada permukaan tertinggi dari ukiran bidang cetakan. Gambar yang dihasilkan akan berupa gambar kebalikan (reverse) dari gambar pada acuan cetak. Contoh dari cetak tinggi adalah stempel. Teknik cetak yang termasuk dalam jenis teknik cetak tinggi di antaranya cukil kayu dan cap. Cetak tinggi merupakan prinsip yang digunakan pada awal teknik cetak digunakan di China dengan acuan cetak papan kayu hingga mesin cetak Guttenberg.
  • Cetak Dalam
  Pada jenis teknik cetak dalam, zat pewarna ditempatkan pada permukaan terdalam dari bidang pencetak (acuan cetak). Bidang pencetak dapat berupa balok kayu, karet, logam, atau bahan lainnya yang diberi gambar atau tulisan. Gambar atau tulisan tersebut diukirkan pada satu permukaan bidang. Warna dimasukkan pada rongga pahatan bahan yang sudah diukir lalu dicetakkan pada permukaan kertas, plastik tipis, alumunium foil dan material datar lainnya. Tinta yang tercetak pada kertas akan berupa gambar timbul sesuai dengan gambar pada rongga ukiran bidang cetakan. Gambar yang dihasilkan akan berupa gambar kebalikan (reverse) dari gambar pada bidang acuan cetak. Contoh dari cetak tinggi adalah pencetakan gambar pada uang kertas. Teknik cetak yang termasuk dalam jenis teknik cetak dalam di antaranya rotograveru dan etsa.

  • Cetak Datar

  Pada jenis teknik cetak datar, bidang pencetak atau bidang acuan cetak berupa permukaan datar yang memiliki dua jenis lapisan permukaan. Satu jenis lapisan mengikat tinta, sedangkan satu jenis lapisan lainnya tidak mengikat tinta. Bidang yang bertinta akan menjadi bidang pencetak (acuan cetak). Gambar yang dihasilkan akan berupa gambar kebalikan (reverse) dari bidang acuan cetak. Contoh dari produk grafika dengan teknik cetak datar adalah koran dan majalah. Pencetakan offset dapat menggunakan 1 tinta hitam saja untuk menghasilkan cetakan dengan nuansa hitam dan abu-abu atau 3 warna dan hitam untuk hasil cetakan berwarna seperti majalah. Pada pencetakan berwarna, cetak offset memiliki 4 buah acuan cetak, yaitu acuan cetak untuk warna biru (cyan), merah (magenta), kuning (yellow) dan hitam (disebut key) atau dikenal dengan CMYK.
  • Cetak Saring
  Cetak tinggi, cetak dalam dan cetak datar pada prinsipnya mengaplikasikan tinta pada bidang acuan cetak dan kemudian memindahkan tinta dari bidang acuan cetak ke permukaan kertas atau permukaan datar lainnya. Berbeda dengan ketiga jenis teknik cetak tersebut, cetak saring mengaplikasikan tinta langsung pada permukaan bidang datar. Gambar dihasilkan dengan memberikan lapisan penghalang tinta sesuai gambar yang dingiinkan. Berbeda pula dengan teknik cetak tinggi, cetak dalam dan cetak datar yang menghasilkan gambar terbalik (reverse), cetak saring menghasilkan gambar yang sama dengan acuan cetaknya. Acuan cetak pada cetak saring dapat berupa stensil (pola gambar) yang diletakkan di antara kertas dengan screen atau dengan mencetakkan gambar acuan pada screen. Teknik cetak saring pada umumnya menggunakan screen. Maka, teknik ini dikenal dengan sebutan screen printing. Cetak saring dikenal pula dengan sebutan sablon. Teknik cetak saring dengan menggunakan stensil dapat dilakukan tanpa screen, yaitu dengan langsung menyemprotkan pewarna pada bidang datar yang sudah dilapisi stensil (pola gambar). Teknik tersebut serupa dengan teknik yang digunakan pada lukisan prasejarah cetakan tangan pada gua.
  • Cetak Digital
  Cetak digital adalah proses cetak yang terjadi tanpa bidang acuan cetak. Proses pada pencetakan digital diatur dan dilakukan secara digital dengan menggunakan komputer. Cetak digital dikenal juga dengan sebutan digital printing. Mesin yang digunakan untuk cetak digital adalah printer.

KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN

WIRAUSAHA KERAJINAN  DENGAN INSPIRASI BUDAYA NONBENDA A.     Karakteristik Kewirausahaan Wirausaha menurut asal katanya, terdiri ata...